Jumat, 02 Oktober 2015

Pelacur Bangsawan

Dalam kehidupan sehari-hari sering terdengar bagi kita kata pelacur. Sebuah kata yang dibenci oleh masyarakat. Berbagai celaan dan hinaan di terpakan pada mereka yg disebut dengan kata pelacur.

Memang miris melihat tingkah pola mereka yang disebut pelacur yang tidak mencerminkan kehidupan masa yang akan datang. Kadangkala tidak ada bedanya dengan binatang peliharaan dan bahkan binatang liar sekalipun.

Namun kadang kita juga lupa bahwa dari sisi gelap pelacur juga terbesit dalam hati mereka untuk menjadi yang terbaik meskipun hanya untuk diri mereka sendir.  Keinginan untuk sebuah kebahagiaan kehidupan dengan berbagai cercaan dan hinaan.

Lepas dari pelacur kita juga lihat para kaum terdidik dan berpangkat tinggi atau bahkan dapat juga diistilahkan dengan masyarkat bangsawan. Mereka masyarakat bangsawan tidak lain adalah mereka yg memiliki pangkat dan jabatan tinggi. Memiliki perekonomian yang lebih dari pada cukup dan bahkan boleh dikatakan berlimpah ruah. Segala sesuatunya dimiliki tiada batasnya.

Kehidupan yang berlimpah harta dan kekuasaan. Yang dimiliki masrakat kelas bangsawan yang secara kasat mata terlihat indah dan menyenangkan.

Dalam kehidupan sering kali kita menghargai masyarakat bangsawan ini dengan sebutan yang baik, orang yang berkelas dan dipandang dalam peradaban.

Namun sering terlupakan bagaimana kehidupan yang terjadi sebenarnya dalam kelas masyarakat bangsawan ini. Dengan harta berlimpah, mobil mewah, rumah yang megah, segala keingianan dapat di raih.

Inilah sebuah kekeliruan yang selama ini kita lupakan. Bagaimana kehidupan seorang bangsawan atau juga disebut pejabat kelas atas yang serba wah dengan kehidupan seorang pelacur yang hina.

Jika kita menyimak keduanya. Tidaklah akan terasa bedanya antara mereka yang menjadi pelacur dangan mereka yang terbilang masyarakat bangsawan atau pejabat kelas atas yang tidak sadar akan kehidupan mendatang.

Kedua sisi ini sama mencari kesenangan diri dalam kehidupan saat ini demi sebuah kepuasan diri dan kepuasan hasrat yang ada didalam benak mereka.

Apapun yang dilakukan dalam kehidupan hanya untuk kepuasan. Tidak lain dan tidak bukan untuk hal kesenangan. Tidak mengenal akan ketertindasan dan kemudaratan kehidupan. Sehingga apapun yang dilakukan hanya untuk kepentingan pribadi atau diri sendiri.

Dan banyak hal juga kita dengar pelacur dengan pekerjaan yang hina dan bangsawan yang katanya berpendidikan dan berpikiran maju ibarat setali mata uang. Dua sisi yang berbeda yang memiliki harga yang sama. Pelacur yang menyerahkan dirinya untuk kesenangan dan para masyarakat bangsawan yang menggunakan pelacur sebagai kepuasan dan kesenangan diri. Dan bahkan juga ada kita dengan pejabat yang melacurkan diri bukan melalui fisik. Tapi perbuatan yang menjadi kebencian masyarakat menjadi kesenangan mereka. Yaitu orang orang yang melakukan tindakan untuk kesenangan diri tanpa memperhatikan kerusakan dan kesengsaraan masyarakat sekitarnya.

Jadi dari sini penulis dapati tidak ada keindahan kehidupan itu dengan pola kesederhanaan yang bersahaja dengan memperhatikan kehidupan masa akan datang. Memiliki harta berlimpah tapi tidak berpikiran bak seorang bangsawan, memiliki harta yang tidak berkecukupan namun tetap mensyukuri nikmat yang didapati.

September 30


Tidak ada komentar :

Posting Komentar